Pengertian Istisna الْاِسْتِثْنَاء: Jenis & Contoh Dalam Bahasa Arab!

Bagikan:
Pengertian Istisna الْاِسْتِثْنَاء Jenis & Contoh Dalam Bahasa Arab!
Pengertian Istisna الْاِسْتِثْنَاء

Pengertian Istisna: Jenis & Contoh Dalam Bahasa Arab – Mempelajari bahasa Arab dapat menjadi pengalaman yang menarik dan memperkaya pengetahuan kita tentang kebudayaan yang kaya dan bersejarah.

Salah satu aspek penting dalam pembelajaran bahasa Arab adalah pemahaman konsep gramatikal, seperti istisna’. Istisna’ merupakan sebuah konsep unik dalam bahasa Arab yang digunakan untuk mengecualikan elemen dari kelompoknya. Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai istisna’, mulai dari pengertian, istilah-istilah terkait, hingga penerapannya dalam kalimat.

Dengan memahami konsep istisna’ dan istilah-istilah yang terkait dengannya, kalian akan semakin meningkatkan kemampuan dalam bahasa Arab dan dapat menganalisis teks dengan lebih efektif. Selamat membaca dan semoga artikel ini memberi kalian wawasan baru mengenai istisna’ dalam bahasa Arab!

Pengertian Istisna’ dan Konsepnya dalam Bahasa Arab

Pengertian Istisna الْاِسْتِثْنَاء Jenis & Contoh Dalam Bahasa Arab!
Pengertian Istisna الْاِسْتِثْنَاء

Istisna’ الْاِسْتِثْنَاء merupakan sebuah konsep dalam bahasa Arab yang berfungsi untuk mengecualikan sesuatu. Istisna’ digunakan untuk mengeluarkan suatu elemen dari kelompoknya dengan menggunakan alat atau adat istisna’.

Sebagai contoh, jika kita berkata “para siswa telah hadir kecuali Muhammad,” kalimat ini adalah contoh istisna’. Dalam hal ini, kata “Muhammad” disebut sebagai mustasna, kata “kecuali” merupakan adat/alat istisna’, dan kata “para siswa” disebut sebagai mustasna minhu. Berikut adalah pengertian dari istilah-istilah tersebut:

  1. Mustasna: Mustasna adalah isim manshub yang terletak di belakang salah satu adat istisna’ untuk menyelisihi kalimat sebelumnya dari segi hukum. Dalam istilah yang lebih mudah, mustasna adalah sesuatu yang dikecualikan.
  2. Mustasna Minhu: Mustasna minhu adalah isim yang terletak sebelum adat istisna’. Dalam istilah yang lebih mudah, mustasna minhu adalah kelompok atau anggota yang mustasna merupakan bagian darinya.

Dalam konteks nahwu bahasa Arab, istisna’ memainkan peran penting dalam membentuk kalimat dan menyampaikan makna yang tepat. Pemahaman yang baik tentang konsep istisna’ dan terminologinya akan membantu dalam meningkatkan keterampilan bahasa Arab dan memahami teks-teks yang lebih kompleks.

Istilah-Istilah Penting dalam Istisna’

Dalam kajian bahasa Arab, konsep istisna’ memiliki beberapa istilah yang penting untuk dipahami. Berikut ini adalah daftar istilah-istilah tersebut beserta penjelasannya secara komprehensif dan luwes:

  1. Pengertian Istisna: Merupakan istilah yang berarti pengecualian dalam bahasa Arab.
  2. Adawat Istisna’: Alat atau media yang digunakan untuk mengecualikan elemen dalam istisna’.
  3. Mustasna: Elemen yang dikecualikan dalam kalimat istisna’.
  4. Mustasna Minhu: Sumber atau kelompok dari elemen yang dikecualikan (mustasna).
  5. Istisna’ Muttashil: Jenis istisna’ di mana mustasna merupakan bagian atau jenis dari mustasna minhu, juga disebut tahqiq.
  6. Istisna’ Munqathi’: Jenis istisna’ di mana mustasna bukan bagian dari mustasna minhu, juga disebut taqdir.
  7. Kalam Tam: Susunan istisna’ yang mencakup atau menyertakan mustasna minhu; berlawanan dengan kalam naqish atau mufarraqh.
  8. Kalam Tam Mujab: Kalam tam yang memiliki muatan positif, yaitu tidak mengandung negasi atau penafian.
  9. Kalam Tam Manfi: Kalam tam yang memiliki muatan negatif, yaitu mengandung negasi atau penafian.
  10. Kalam Naqish: Kebalikan dari kalam tam, yaitu kalimat yang tidak mengandung mustasna minhu.
  11. Mufarraqh (المفرغ): Sinonim dari kalam naqish, bisa juga disebut matruk (متروك) atau makhduf (محذوف).
  12. Manshub: Istilah yang berarti ‘dibaca nashob’ dalam konteks gramatikal bahasa Arab.
  13. Badal: Posisi yang menggantikan elemen dalam kalimat, baik secara isi maupun i’rob (bentuk).

Memahami istilah-istilah ini akan membantu kalian untuk lebih memahami konsep istisna’ dalam bahasa Arab. Seiring dengan penerapan istilah-istilah ini pada contoh dan studi kasus, pengetahuan kalian tentang istisna’ akan semakin jelas dan komprehensif.

Pembagian Istisna’: Muttashil dan Munqathi’

Dalam kajian bahasa Arab, istisna’ memiliki pembagian yang didasarkan pada hubungan antara mustasna (elemen yang dikecualikan) dengan mustasna minhu (sumber elemen yang dikecualikan). Pembagian ini menghasilkan dua jenis istisna’, yaitu: muttashil dan munqathi’. Berikut penjelasan mengenai kedua jenis istisna’ tersebut:

1. Istisna’ Muttashil (الْاِسْتِثْنَاء المُتَّصلٌ)

Merupakan jenis istisna’ di mana mustasna merupakan bagian dari kelompok atau jins (jenis) dari mustasna minhu. Contoh kalimatnya: جاءَ التلاميذُ إلاّ عليّاً (“Semua murid datang kecuali Ali”). Dalam contoh ini, Ali (mustasna) dianggap sebagai bagian dari jins murid (mustasna minhu), sehingga dikategorikan sebagai istisna’ muttashil.

2. Istisna’ Munqathi’ (الْاِسْتِثْنَاء المنقطعُ)

Adalah jenis istisna’ di mana mustasna tidak termasuk dalam jins (jenis) dari mustasna minhu. Contoh kalimatnya: قَامَ القَوْمُ إلَّا حِمَاراً (“Kaum berdiri kecuali keledai”). Di sini, keledai (mustasna) bukan merupakan bagian dari jins kaum (mustasna minhu), sehingga dikategorikan sebagai istisna’ munqathi’.

Fungsi utama istisna’ munqathi’ adalah istidrak, yaitu memberikan keterangan tambahan atau mengoreksi dugaan yang mungkin timbul. Misalnya, jika ada asumsi bahwa keledai selalu datang bersama kaum, maka dengan adanya istisna’, asumsi tersebut bisa dihapuskan.

Pembagian istisna’ menjadi muttashil dan munqathi’ ini sangat bergantung pada penilaian terhadap jins (jenis). Sebagai contoh, terdapat perbedaan pendapat dalam penafsiran beberapa ayat Al-Qur’an, seperti Surat al-Hijr ayat 30-31, yang menyebutkan para malaikat bersujud kecuali Iblis. ‘

Di sini, beberapa mufassir berpendapat bahwa Iblis dianggap sebagai bagian dari golongan malaikat (muttashil), sementara yang lain berpendapat bahwa Iblis bukan termasuk jins malaikat (munqathi’).

Dalam memahami konsep istisna’, penting untuk mengenal pembagian ini dan bagaimana penerapannya dalam kalimat bahasa Arab. Dengan demikian, kita dapat lebih memahami nuansa dan makna yang terkandung dalam kalimat yang menggunakan istisna’.

Adawat Istisna: Alat Pengecuali dalam Bahasa Arab

Dalam kajian bahasa Arab, istisna’ menggunakan alat-alat pengecuali yang disebut Adawat Istisna (أَدَوَاتُ الْاِسْتِثْنَاءِ). Adawat merupakan bentuk plural dari adat (الأداة), yang berarti alat atau perkakas. Berikut ini adalah beberapa Adawat Istisna yang umum digunakan:

  1. إِلاَّ
  2. غَيْرُ
  3. سِوًى
  4. سُوًى
  5. سَواءٌ
  6. خَلَا
  7. عَدَا
  8. حَاشَا

Beberapa sumber juga menambahkan لَيْسَ dan لاَ يْكُوْنُ sebagai Adawat Istisna.

Semua Adawat Istisna ini memiliki makna mengecualikan. Terdapat tiga kategori yang membedakan Adawat Istisna berdasarkan struktur kalimatnya:

  1. Kalimat Huruf: Hanya termasuk إِلاَّ.
  2. Kalimat Isim: Meliputi غَيْرُ, سِوًى, سُوًى, dan سَواءٌ.
  3. Kalimat Fi’il: Termasuk لَيْسَ dan لاَ يْكُوْنُ.

Selain itu, terdapat Adawat Istisna yang bisa berfungsi sebagai huruf jar, seperti خَلَا, عَدَا, dan حَاشَا. Status kalimat dari Adawat Istisna ini dapat diketahui melalui struktur rangkaian kalimatnya.

Dengan demikian, istilah yang tepat untuk menyebut alat pengecuali dalam istisna’ adalah Adawat Istisna, bukan huruf-huruf istisna’, karena hanya sebagian kecil yang termasuk kalimat huruf. Memahami Adawat Istisna dan penerapannya dalam kalimat akan membantu kalian menguasai konsep istisna’ dalam bahasa Arab dengan lebih luwes dan komprehensif.

Contoh Istisna dalam Kalimat

Berikut beberapa contoh kalimat yang menggunakan istisna’ dalam bahasa Arab:

  1. جاءَ الطُلابُ إِلاَّ أَحْمَدَ Artinya: “Semua siswa datang kecuali Ahmad.”
  2. قرأتُ كُلَّ الكُتُبِ غَيْرَ هَذَا الكِتَابِ Artinya: “Saya telah membaca semua buku kecuali buku ini.”
  3. أَكَلْتُ كُلَّ الفَوَاكِهِ سِوَى التُّفَّاحَةِ Artinya: “Saya telah memakan semua buah kecuali apel.”
  4. زارَتْ كُلُّ المَدَنِ عَدَا رُومَا Artinya: “Dia mengunjungi semua kota kecuali Roma.”
  5. حضر الاجتماع كُلُّ الأعضاءِ سُوَى فَاطِمَةَ Artinya: “Semua anggota hadir dalam pertemuan kecuali Fatimah.”

Dalam contoh-contoh di atas, kita melihat penggunaan berbagai Adawat Istisna, seperti إِلاَّ، غَيْرَ، سِوَى، عَدَا، dan سُوَى. Melalui contoh-contoh ini, kita dapat memahami bagaimana istisna’ diterapkan dalam kalimat bahasa Arab untuk menyampaikan makna pengecualian.

Baca Juga:

Aturan I’rab Istisna

Dalam bahasa Arab, istisna’ memiliki aturan i’rab yang harus diperhatikan. I’rab adalah proses pengubahan bentuk kata dalam bahasa Arab yang menunjukkan hubungan antara kata-kata dalam suatu kalimat. Berikut ini adalah aturan i’rab istisna’:

  1. Mustasna (elemen yang dikecualikan) selalu berbentuk isim (kata benda).
  2. Mustasna minhu (sumber elemen yang dikecualikan) dapat berupa isim atau fi’il (kata kerja).
  3. Istisna’ muttashil (yang terkait) harus diikuti oleh isim yang sama dengan mustasna minhu, misalnya: جاءَ التلاميذُ إلاّ عليّاً (“Semua murid datang kecuali Ali”).
  4. Istisna’ munqathi’ (yang tidak terkait) harus diikuti oleh isim yang berbeda dengan mustasna minhu, misalnya: قَامَ القَوْمُ إلَّا حِمَاراً (“Kaum berdiri kecuali keledai”).
  5. Jika istisna’ diikuti oleh dua kata isim, keduanya harus dalam bentuk nasab (kasus genitif), misalnya: شَرَبْتُ الشَّايَ مَعَ الأَصْدِقَاءِ، سُوَى حَسَنٍ وَسَامٍ (“Saya minum teh bersama teman-teman, kecuali Hasan dan Wsam”).

Dalam bahasa Arab, i’rab istisna’ adalah bagian penting dalam pembentukan kalimat yang benar dan jelas. Dengan memahami aturan-aturan i’rab istisna’, kita dapat menghindari kesalahan penggunaan istisna’ dalam kalimat, sehingga komunikasi kita menggunakan bahasa Arab menjadi lebih tepat dan efektif.

Beda Istisna dan Istishna

Istisna’ dan istishna adalah dua konsep yang berbeda dalam bahasa Arab, meskipun terdengar mirip. Berikut adalah perbedaan antara istisna’ dan istishna:

  1. Pengertian: Istisna’ adalah suatu konsep pengecualian dalam bahasa Arab, yang digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu hal tidak termasuk dalam kategori atau kelompok tertentu. Sedangkan istishna adalah suatu permintaan atau pesanan untuk membuat barang atau produk tertentu sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.
  2. Penggunaan: Istisna’ umumnya digunakan dalam pembentukan kalimat dalam bahasa Arab, baik secara lisan maupun tulisan. Sementara istishna lebih sering digunakan dalam konteks bisnis atau produksi, di mana seorang pelanggan memesan produk tertentu dengan spesifikasi khusus kepada produsen atau pabrik.
  3. Bentuk kata: Istisna’ merupakan kata benda (isim), sedangkan istishna adalah kata kerja (fi’il).

Meskipun istisna’ dan istishna memiliki pengertian dan penggunaan yang berbeda, namun keduanya tetap menjadi bagian penting dari bahasa Arab dan memerlukan pemahaman yang baik untuk menguasai bahasa Arab dengan lebih efektif.

Kesimpulan

Dalam bahasa Arab Pengertian Istisna, istisna’ adalah konsep yang menunjukkan pengecualian dari suatu kategori atau kelompok. Istisna’ menggunakan Adawat Istisna (alat-alat pengecuali) yang harus diperhatikan aturan i’rab-nya untuk membentuk kalimat yang benar dan jelas.

Adawat Istisna yang umum digunakan meliputi إِلاَّ، غَيْرُ، سِوًى، سُوًى، سَواءٌ، خَلَا، عَدَا، dan حَاشَا. Ada juga yang menambahkan لَيْسَ dan لاَ يْكُوْنُ sebagai Adawat Istisna.

Aturan i’rab istisna’ meliputi bentuk kata mustasna, mustasna minhu, dan jenis istisna’, baik muttashil maupun munqathi’. Dengan memahami pembagian istisna’ dan aturan i’rab-nya, kita dapat menguasai konsep istisna’ dengan lebih luwes dan efektif dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Arab.

FAQ Pengertian Istisna

Berikut beberapa pertanyaan umum yang sering diajukan tentang istisna’:

  1. Apa itu istisna’ dalam bahasa Arab?
    Istisna’ adalah konsep pengecualian dalam bahasa Arab, yang digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu hal tidak termasuk dalam kategori atau kelompok tertentu.
  2. Apa saja Adawat Istisna dalam bahasa Arab?
    Adawat Istisna meliputi إِلاَّ، غَيْرُ، سِوًى، سُوًى، سَواءٌ، خَلَا، عَدَا، dan حَاشَا. Ada juga yang menambahkan لَيْسَ dan لاَ يْكُوْنُ sebagai Adawat Istisna.
  3. Bagaimana aturan i’rab istisna’ dalam bahasa Arab?
    Aturan i’rab istisna’ meliputi bentuk kata mustasna, mustasna minhu, dan jenis istisna’, baik muttashil maupun munqathi’. Dalam bahasa Arab, i’rab istisna’ adalah bagian penting dalam pembentukan kalimat yang benar dan jelas.
  4. Bagaimana cara menggunakan istisna’ dalam kalimat bahasa Arab?
    Untuk menggunakan istisna’ dalam kalimat bahasa Arab, kita perlu memperhatikan Adawat Istisna yang tepat sesuai dengan makna yang ingin disampaikan, serta aturan i’rab-nya. Istisna’ dapat digunakan untuk mengungkapkan pengecualian dari suatu kategori atau kelompok dalam kalimat.
  5. Apa manfaat mempelajari istisna’ dalam bahasa Arab?
    Mempelajari istisna’ dalam bahasa Arab membantu kita memahami konsep pengecualian, sehingga kita dapat menyampaikan makna yang lebih tepat dan jelas dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Arab. Selain itu, pemahaman terhadap istisna’ juga membantu meningkatkan kemampuan dalam memahami teks Arab seperti Al-Qur’an dan hadits.

Originally posted 2023-06-04 20:16:01.

Tinggalkan komentar