Cara Memulai Bisnis Dropship dari Nol Tanpa Stok Barang

Bagikan:

Fulusnesia – Bisnis dropship merupakan salah satu jenis usaha yang kini semakin digemari oleh banyak orang. Konsep ini menawarkan kemudahan bagi siapa saja yang ingin berjualan tanpa harus menyimpan stok barang sendiri. Tak heran jika bisnis ini mulai dilirik oleh berbagai kalangan, baik pemula maupun yang sudah lama berkecimpung di dunia jual-beli.

Saat ini, banyak produsen atau pemilik usaha membuka kesempatan bagi para dropshipper untuk memasarkan produk mereka. Artinya, kita bisa bekerja sama langsung dengan pihak produsen dalam menjual barang, tanpa harus membelinya terlebih dahulu. Peluang ini tentu sangat menarik, terutama bagi yang ingin memulai usaha dengan modal minim.

Berbeda dari sistem reseller yang mengharuskan kita menyimpan barang terlebih dahulu, dalam bisnis dropship kita hanya perlu mempromosikan produk dan menghubungkan pembeli ke pihak produsen. Semua proses pengemasan dan pengiriman akan ditangani oleh produsen, sehingga membuat operasional lebih efisien dan praktis.

Sekilas Tentang Dropship

Sekilas Tentang Dropship

Dropship merupakan metode bisnis dimana seseorang bisa menjual produk milik pihak lain tanpa harus menyimpan atau membeli stok barang terlebih dahulu. Model ini memungkinkan pelaku usaha menjalankan bisnis dengan modal minim karena tidak perlu menyediakan produk secara fisik di awal.

Orang yang menjalankan sistem ini disebut dropshipper. Tugas mereka adalah mempromosikan dan menjual produk dari supplier dengan nama usaha sendiri. Setelah ada pesanan, barang langsung dikirim oleh penyedia produk ke alamat pembeli, tanpa perlu singgah ke tangan si dropshipper.

Sekarang ini, metode dropship semakin diminati dan digunakan oleh banyak orang, apalagi sudah mendapat dukungan dari berbagai platform e-commerce besar seperti Tokopedia, Shopee, Lazada, dan Aliexpress. Sistem ini cocok bagi siapa pun yang ingin mencoba berbisnis secara fleksibel tanpa perlu repot menyetok barang lebih dulu.

Perbedaan Reseller dan Dropship

Perbedaan Reseller dan Dropship

Walaupun keduanya sama-sama menjual produk dari pihak lain, reseller dan dropship sebenarnya berbeda. Penting untuk memahami perbedaan antara reseller dan dropship, terutama bagi anda yang baru memulai bisnis. Ada beberapa hal penting yang membedakan antara sistem reseller dan dropship yang perlu kita pahami.

Cara Kerja

Sistem kerja reseller berbeda dengan dropship. Jika memilih menjadi reseller, kita harus membeli stok barang dalam jumlah banyak terlebih dahulu, lalu menjualnya kembali dengan menggunakan merek atau nama toko milik kita sendiri.

Sedangkan dropship adalah metode penjualan dimana anda hanya bertindak sebagai perantara antara penjual dan pembeli, tanpa perlu membeli atau menyimpan barang secara fisik. Meski begitu, saat produk sampai ke pembeli, nama bisnis anda lah yang tercantum sebagai pengirim atau penjual.

Modal Awal

Jika dilihat dari sistem kerja dropship dan reseller, jumlah modal yang dibutuhkan jelas berbeda. Untuk menjadi reseller, anda harus menyiapkan dana lebih besar karena perlu membeli produk terlebih dahulu. Selain itu, dibutuhkan juga tempat khusus untuk menyimpan stok barang.

Lalu, bagaimana dengan sistem dropship? Karena anda tidak perlu menyetok barang, maka modal yang diperlukan relatif lebih kecil dibandingkan reseller. Meski begitu, anda harus cermat dalam menentukan strategi penjualan dan aktif melakukan promosi, sebab persaingan di pasar cukup tinggi.

Margin Keuntungan

Dalam hal margin keuntungan, sistem dropship dianggap lebih menguntungkan dibandingkan model bisnis reseller. Hal ini karena dropship tidak memerlukan banyak biaya operasional, seperti biaya gudang atau logistik, yang biasanya dibebankan kepada reseller.

Sementara itu, keuntungan dari bisnis dropship umumnya berada di kisaran 10% sampai 30%. Berbeda dengan reseller yang baru bisa menghitung laba setelah seluruh stok produknya berhasil dijual, dropshipper bisa langsung mendapatkan margin dari setiap transaksi yang terjadi tanpa perlu menyimpan barang.

Risiko Penjualan

Reseller menghadapi risiko kerugian yang lebih besar karena harus membeli produk dalam jumlah banyak di awal. Jika strategi pemasaran tidak dilakukan dengan baik, maka barang bisa saja tidak terjual, dan modal yang dikeluarkan pun sulit kembali.

Sementara itu, sistem dropship cenderung lebih aman karena tidak perlu menyetok barang terlebih dahulu. Risiko kerugian karena produk tidak terjual pun lebih kecil. Meski begitu, jika promosi tidak berhasil menarik pembeli, anda tetap tidak akan memperoleh keuntungan.

Cara Kerja Sistem Dropship

Cara Kerja Sistem Dropship

Setelah memahami pengertian dropship serta perbedaan mendasarnya dengan sistem reseller, langkah selanjutnya adalah mengenal lebih dalam bagaimana alur kerja dari bisnis dropship itu sendiri. Yang mana, pada dasarnya sistem dropship memiliki proses kerja yang cukup praktis dan tidak memerlukan modal besar. Berikut adalah tahapan umum dalam menjalankan bisnis dropship:

Pendaftaran Sebagai Dropshipper

Langkah awal dimulai dengan mendaftar ke pihak supplier atau penjual sebagai mitra dropshipper. Biasanya, anda akan diberikan akses untuk mengambil informasi produk dan data pendukung lainnya.

Melakukan Promosi Produk

Setelah terdaftar, anda mulai memasarkan produk tersebut melalui media sosial, toko online, atau marketplace. Gambar serta penjelasan produk dari pihak penjual bisa dimanfaatkan untuk menarik perhatian calon pembeli.

Konsumen Melakukan Pembayaran ke Anda

Saat seorang pelanggan merasa tertarik dengan produk yang ditawarkan, mereka akan melakukan transaksi pembayaran langsung ke rekening milik anda sebagai seorang dropshipper. Dengan metode ini, pembeli akan membayar lebih dulu sebelum barang dikirim ke alamat tujuan.

Dengan menggunakan sistem ini, sebagai penjual kita tidak harus menyimpan atau menyediakan persediaan barang secara langsung. Cukup terima pembayaran dari konsumen, lalu teruskan pesanan dan dananya ke supplier untuk diproses pengiriman ke pembeli.

Melanjutkan Pembayaran ke Penjual

Setelah menerima dana dari konsumen, anda akan meneruskannya ke pihak penjual. Nominal yang dikirim mencakup harga produk dan ongkos kirim. Di tahap ini, anda juga menyertakan detail pemesan seperti nama, alamat pengiriman, dan daftar pesanan.

Pengemasan dan Pengiriman oleh Penjual

Semua urusan pengemasan barang hingga siap untuk dikirim merupakan kewajiban dari penjual atau pemasok. Mereka memastikan barang telah siap dalam kondisi layak sebelum masuk ke tahap pengiriman.

Setelah proses pengemasan selesai, penjual akan mengatur pengiriman barang langsung menuju alamat pembeli. Konsumen tidak perlu repot karena seluruh proses dikendalikan oleh pihak penjual.

Pemantauan Proses Pengiriman

Proses pengiriman pun dapat dipantau secara menyeluruh, mulai dari saat barang dikemas hingga diterima oleh pembeli. Pemantauan ini memberikan kendali yang lebih baik terhadap jalannya pengiriman.

Memastikan setiap tahapan pengiriman berjalan lancar merupakan langkah penting demi menjaga kepuasan konsumen. Dengan begitu, pelanggan merasa lebih tenang dan percaya terhadap layanan yang diberikan.

Pengiriman Atas Nama Anda

Pengiriman dilakukan atas nama toko atau brand anda, bukan dari pihak lain. Ini memberikan kesan profesional dan membangun kepercayaan konsumen terhadap bisnis yang anda jalankan.

Dengan sistem ini, pelanggan tidak akan menyadari bahwa barang yang mereka terima sebenarnya berasal dari supplier. Nama usaha anda tercantum sebagai pengirim, sehingga identitas pemasok tetap tersembunyi.

Secara umum, tujuh langkah di atas adalah alur standar dalam model dropship. Jika anda menggunakan platform e-commerce atau marketplace tertentu, biasanya akan tersedia kolom khusus untuk menandai bahwa transaksi yang dilakukan merupakan sistem dropship.

Memulai bisnis dropship memang terlihat sederhana, tetapi tetap memerlukan komitmen dan strategi yang tepat. Dengan langkah yang benar dan konsistensi dalam menjalankan bisnis, dropship bisa menjadi sumber penghasilan yang menjanjikan tanpa harus repot menyimpan stok barang.

Tinggalkan komentar